BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS »

Pages

17 Mei, 2011

Origin Pain: Born of Hatred



Jauh dari pemukiman desa yang selalu hujan tiap saat, secercah cahaya keluar dari gua yang gelap, terdengar teriakan keras di udara.
“ Nagato, tenang!!! kau kenapa?” kata seorang wanita
“ Dimana aku? Kenapa bisa disini, sudah berapa lama aku terlelap, Konan? “ kata Nagato
“ Sudah seminggu kau pingsan sejak kejadian itu.” kata Konan
“Kejadian itu?” ucap Nagato, lalu mencoba mengingat dan membayangkan masa lalu; ada ledakan, tubuh bergelimpangan di mana- mana dan ada sebuah patung raksasa besar dengan bagian mata nya tertutup. Disampingnya ada dua orang yang berlindung, satu terbaring kaku yang lain mencoba menjaganya.
“Yahiko!!!” ucap Nagato keras, “ Dimana dia? Lukanya tidak terlalu dalam, dia masih bisa diselamatkan.”
Konan hanya diam, hujan diluar gua makin deras terdengar, sesekali kilat petir menyambar.
“ Konan, dimana Yahiko?” tanya Nagato lagi
“ Dia tak selamat, terlalu banyak darah yang keluar dari tubuhnya.” ucap Konan muram
Terlihat kekecewaan dari diri Nagato, bagaimana ini semua bisa terjadi. Harusnya dia bisa menyelamatkan teman juga sahabat terdekatnya itu, lalu dengan tenaga yang ada Nagato berusaha bangun
“ Nagato, kau mau apa?” ucap Konan cemas, “Tubuhmu belum sehat benar dan mengenai itu, aku tak bisa berbuat banyak.”
“ Kenapa?” tanya Nagato memandang sekilas ke Konan, dia hanya diam saja sambil memandang ke bagian belakang tubuh Nagato, rasa takut menyelimuti dirinya dan tak bisa berucap apapun. Nagato yang menyadari itu berusaha menyentuh punggungnya dan dia terkejut, ada sebuah benda keras tertancap di bahunya dan tak cuma satu, ada beberapa lagi yang lain tersebar dipunggungnya.
“ Ini, kenapa bisa ada ditubuhku?” teriak Nagato
“ Karena kau memanggil patung itu, dan dari bagian tubuhnya keluar benda hitam panjang yang menancap seolah kau dan patung bersatu.” kata Konan
Nagato lalu teringat, amarah yang muncul karena kematian Yahiko dan untuk melindungi konan dari serangan ninja Anbu desa hujan dan daun, membuatnya tergesa untuk memanggil patung Gedo, menggunakan jurus “Naga ungu penyegel” yang harus dibayar dengan mengambil hampir semua chakranya karena mengerikan dampak yang terjadi, semua ninja Anbu mati ketika terkena tubuh bagian Naga ungu tersebut namun luput ketika berhadapan dengan Hanzo, karena ia dengan cepat menghindar dengan jurus pindah tempat. Mengingat semua itu, membuat sesak Nagato dan dia terbatuk keras.
“ Nagato, kau tak apa- apa?” tanya Konan
“ Ah, sakit sekali, benda ini kurasakan menembus sangat dalam ke tubuhku. Bahkan aku tak mampu bergerak leluasa.”
Nagato lalu kemudian diam, menatap dingin selasar dinding gua yang bercahaya redup.
“ Aku harus membalas kematian Yahiko apapun yang terjadi, dan membebaskan desa hujan dari pengaruh Danzo.” ucap Nagato disertai menahan rasa sakit
“ Kupikir itu sangat sulit untuk saat ini. “ ucap suatu suara, muncul dari balik dinding gua
Nagato dan Konan menoleh, mencoba menerka siapa pemilik suara itu, namun hanya sesosok bayangan yang terlihat di mata mereka.
“ Siapa kau?” tunjukkan dirimu” ucap keras Nagato
“ Anggap saja seorang teman yang ingin membantu.” Jawab orang asing, lalu muncul dari bayang-bayang. Dia bertopeng orange bercorak awan hitam tajam, berjubah kain hitam namun tak menyembunyikan tubuhnya yang tinggi tegap.
“ Aku turut berduka atas kematian Yahiko, tapi terlalu dini untuk berpikir membalas dendam. Kau masih lemah dan tak punya cukup kekuatan untuk menghadapi pasukan dan pengawal Danzo dari desa Hujan, namun kau masih ada suatu potensial yang bisa mewujudkan itu semua.” ucap orang asing itu
“ Apa itu?” kata Nagato dengan tertarik
“ Matamu!!!!” kata orang asing tegas
Nagato terdiam kaget.
“ Mata yang disebut- sebut sebagai mata dewa, yang terkuat dari tiga mata spesial dan dimiliki oleh petapa yang dikenal sebagai bapak ninja, Rikudo enam jalan.” ucap orang asing “Dengan memiliki mata tersebut, kau dari sejak belia sudah mampu menggunakan lima elemen dan mampu mengeluarkan jurus yang tak semua manusia normal dapat lakukan.”
“bagaimana kau mengetahui itu semua?” tanya Nagato heran
“ Jelas singkatnya, karena aku termasuk keturunan langsung dari Rikudo, darahnya mengalir dalam diriku.” kata orang asing itu sambil membuka sedikit topengnya, memperlihatkan mata merah dengan tiga titik tomoe ditengah.
“ Mata ini disebut sharingan , salah satu dari tiga mata unik yang hanya dimiliki oleh klan Uchiha dan aku bekas pemimpin darinya walau akhirnya harus dikhianati oleh orangku sendiri.” ucap orang asing itu khidmat
“ Uchiha? Dikhianati?” kata Nagato “ Berarti kau adalah Madara yang sering disebut oleh banyak orang diberbagai desa, yang bertarung dan menyamai kehebatan shodai Hashirama dari desa Konoha.”
“ Mungkin bisa dibilang begitu, tapi nama itu untuk sementara jangan disebut dulu, hanya kalian saja yang mengetahui.” ucap orang asing
Tiba-tiba Nagato teringat, beranjak cepat “ Konan awas, dia dari Konoha!!!”
“ Tenang!!! memang benar aku dulu dari Konoha namun aku telah dikhianati, meninggalkan desa itu sebagai pencundang dan dianggap orang tak berguna, sejak saat itu aku terus memendam, terus menyusun rencana sampai saat itu tiba; berarti kita punya kesamaan, rasa sakit dan dendam untuk seorang yang kita kasihi, mungkin untuk itulah aku sedikit ingin membantumu.” kata Madara
“ Rasa sakit.” ucap Nagato pelan
“ Ya, rasa sakit yang membuat kebencian yang tak berujung, memicu dendam satu sama lain namun rasa sakit juga membuat kita sadar, menguatkan hati dan pikiran untuk tidak terjatuh lagi, melakukan sesuatu yang berguna agar orang lain tak merasakan hal tersebut setelahnya.” ucap Madara
“ Kedamaian.” tambah Konan
“ Benar, dengan rasa sakitlah kita bisa mencapai kedamaian, yang tentu Yahiko juga inginkan. Konflik terjadi karena masing – masing manusia ingin mencapai kebenaran dan damai dengan cara mereka sendiri yang tentunya berbenturan satu sama lain. Bila saja kita bisa menyamakan kehendak dan kemauan, rasa sakit dan perang ini bisa kita hilangkan secara perlahan” jelas Madara
“ Perdamaian; penyelamat bagi dunia, rasa aman.” kata Nagato, mengulang ucapan dari Yahiko dan guru Jiraiya yang selaluterngiang didalam benaknya.
“ Jika kau tak menginginkan aku disini, baik aku akan pergi. Tapi ingat kalian hanya berdua ditambah beberapa prajurit yang selamat mungkin tak sebanding dengan militer Danzo, jika aku disini sedikit dapat mengurangi kekurangan itu.” ucap madara
“ Nagato, kau masih lemah, jangan melakukan hal yang tidak perlu.” ucap cemas Konan
“ tidak Konan, aku harus melakukannya, benar yang dikatakannya kita kalah jumlah dan yang terpenting untuk mewujudkan cita – cita Yahiko dan Guru Jiraiya, rasa sakit apapun akanku tanggung.” ucap Nagato
“ Baiklah aku terima bantuanmu, namun jika kau berkhianat, kau akan mendapat apa yang akan diterima oleh Danzo kelak.”
“Oh, tenang saja, aku bukan orang yang berbuat semacam itu.” ungkap Madara
“ Mari kuperkenalkan, teman loyalku.”
Muncul sesosok bayangan dari permukaan tanah, membesar dan membentuk menjadi manusia yang tubuhnya terbagi dua, putih dengan wajah jelas berambut hijau kusam dan hitam dengan hanya mata kuning yang terlihat.
“ Ini Zetsu, ninja pelarian sama sepertiku dari desa rumput. Kemampuannya membelah diri dan kamuflase sangat bermanfaat untuk mengintai dan pengejaran tapi tidak cukup kuat untuk bertarung.” Jelas Madara
“ Salam bocah Rinnegan, nampaknya kau sangat lemah sekali mungkin inilah bantuan pertama yang bisa kulakukan.” kata Zetsu, lalu bagian dari tubuh putihnya membelah menjadi bagian baru dan mendekat ke Nagato dan menempel ke tubuh kanannya.
Nagato merasakan chakranya kembali walau masih sangat kaku, dan pandangannya juga mulai cemerlang.
“ Dengan beberapa kali penempelan klonku, kau akan sembuh dengan cepat.” jelas Zetsu
“ Terima kasih, kau telah menolong Nagato. “ ucap Konan tulus

Dalam waktu dua minggu dengan bantuan klon Zetsu, Nagato dapat pulih walau dia tak dapat berjalan seperti sedia kala karena luka bakar serius dikakinya, namun tak mengurangi semangat dalam dirinya untuk mewujudkan rencana besarnya. Dia menyadari bahwa batang besi hitam dibelakang punggungnya adalah suatu penghubung dan pemancar chakra yang mungkin bisa digunakan untuk hal lain, selain juga dia sekarang dapat mampu mengeluarkan batang besi tersebut ditangan tanpa batas.
“ Dengan kondisi seperti ini, kau tak bisa bertarung seperti ninja normal.” kata Madara
“ Untuk itu aku sudah menyiasatinya, aku hanya perlu bantuanmu untuk mencari orang lain, beberapa jasad dan terpenting aku ingin kau mengikuti kemanapun Jiraiya, salah satu dari tiga legenda sennin Konoha.” ucap Nagato
“Oh hanya itu, mudah sekali. Dengan jurus kamui sharinganku, kapanpun aku dapat melakukannya, sekarangpun juga bisa.” ucap Madara
“ Yang penting secepatnya, dengan begitu dapat merealisasikan rencanaku ini.” jelas Nagato
“Baiklah kalau itu yang kau mau. Hm, dimana Zetsu?” tanya Madara
“ Dia kuminta untuk mengintai keadaan desa Hujan, mungkin akan lama untuk kembali.” Kata Nagato
Madara tanpa kata – kata, lalu muncul gelombang dari mata sharingan kirinya, menyedot perlahan tubuhnya dan menghilang.
“ Nagato, apa perlu kita mempercayainya?” tanya Konan
“ Hanya dia di pihak kita sekarang, selain juga temannya Zetsu sudah banyak menolong kita termasuk menyembuhkanku.” jelas Nagato
“ lalu untuk apa kau meminta Madara mengikuti Guru Jiraiya juga mencari jasad tubuh?” tanya Konan lagi
“ Aku ingin tahu dengan apa Guru mewujudkan pemikirannya, membuat manusia bisa saling mengerti satu sama lain, mungkin dengan cara itu pula aku bisa melakukannya; mengenai jasad tubuh kau akan segera tahu.” ucap Nagato, lalu tangan dengan cepat membentuk segel, dan sesuatu terjadi
“ Nagato ini, kau!!!” ucap kaget Konan
“ Ya, aku dapat melakukannya dimana secara tak sengaja aku melempar besi chakra ini ke tubuh tikus, dan tiba – tiba terjadi begitu saja walau setelahnya aku menjadi lelah.” kata Nagato

Tak kurang dari sebulan Madara kembali, membawa informasi mengenai Jiraiya dan beberapa jasad tubuh yang diminta oleh Nagato, ditempat lain Konan mengumpulkan sejumlah ninja yang ada dari kelompok barisan desa hujan yang masih loyal terhadap Nagato untuk bertempur melawan Danzo bersama militernya.
“ Jasad – jasad ini sebelumnya adalah orang-orang yang sempat ditemui oleh Jiraiya, para ninja dan penduduk dari berbagai desa; hm cukup jauh juga Jiraiya melangkah berkelana.” kata Madara
Persiapan membutuhkan waktu 3 hari terutama untuk Nagato yang melakukan sesuatu terhadap jasad yang diberikan oleh Madara.
Muncul kemudian Zetsu dan berkata
“ Aku telah mengintai desa hujan selama 2 minggu ini dan mengamati aktivitas militer mereka, pintu masuk di utara dan terutama dibarat dijaga ketat mengingat disana ada gedung satuan keamanan sementara kosentrasi penjagaan penuh berada di istana juga di markas Anbu selain itu tidak ada yang khusus, sepertinya beberapa pasukan ninja ditugaskan keluar misi jadi kekuatan berkurang 1/3 dari semua.”
“ Ini lah saatnya untuk kita menyerang sekarang, seperti nya keberuntungan berada di pihakmu, Nagato.” kata Madara
“ Disertai keberuntungan atau tidak, dendam harus tetap dibalas. Rencana ini harus berjalan, bahkan dengan harus membunuh semua penduduk desa hujan sekalipun.” ucap keras Nagato
“ Sangat bersemangat, mengingatkanku waktu muda dulu.” ucap ringan Madara
Dari balik ruang gua, keluar beberapa tubuh berjubah hitam, dengan rambut orange.
“ Bukan kah ini jasad-jasad itu juga ada Dia, jadi ini rencanamu” kata Madara
“ Ya. Mulai saat ini, nama aliasku adalah Pain, mengacu pada rasa sakit dan penderitaan. Mereka dibelakangku adalah enam jalan penderitaan yang bergerak untuk menyebar rasa sakit bagi dunia untuk mencapai dunia damai.” kata Nagato
“ Aku ingin mereka semua merasakan penderitaan, memikirkan tentang penderitaan, untuk menerima penderitaan, untuk mengetahui penderitaan. Untuk pengorbanan dan kebencian, aku lah Pain, aku lah Dewa, yang mengubah tatanan dunia dan membawa keadilan setelahnya.”

Dihalaman berumput tak jauh dari mulut gua, sejumlah ninja telah berkumpul dipimpin oleh Konan, juga ditambah oleh beberapa klon zetsu; di dekat batu Madara duduk sambil mengawasi
“ Hari ini kita akan melakukan sesuatu, yang tak hanya mempengaruhi kehidupan kalian, juga keluarga dan tanah desa kita. Sudah terlalu lama Hanzo memerintah dengan cara kejam dan tak ada satupun yang bisa kita rasakan selain kesengsaraan. Perang dunia ninja akan segera berakhir begitu juga pemerintahannya, jadi dengan dukungan dan bantuan kalian, kita maju meraih hak kita: hak untuk mendapat kebebasan.” ucap Konan
Konan dengan jurusnya, menambahkan sayap putih dibelakang badannya dengan kumpulan kertas dan melayang di udara bagai malaikat memberi pencerahan kepada mereka yang membutuhkan, segera para ninja bersorak dan bersemangat di pagi yang cerah itu.
“ waaah, putri malaikat, keadilan akan segera terwujud di Amegakure.” kata salah satu ninja
“Huuraah!!!” teriak kesenangan membahana diantara para ninja
“ Kalian para ninja akan menyerang melalui pintu selatan dan timur, sementara kloning Zetsu sebagai pasukan cadangan dan membantu dalam mengisi chakra, sisanya akan dilakukan olehku dan tuan Pain, dia yang akan membunuh Danzo nanti” kata Konan
“ Tuan Pain.” ucap serentak para ninja
“ Dia sang Dewa yang akan membawa kita menuju kemenangan dan memberi keadilan, percayalah dan berjuang bersama kami atau rasakan kegetiran dan kematian atas kemarahannya.” ucap konan
Para ninja hujan yang diliputi semangat tinggi berangkat meninggalkan halaman itu; sejenak suasana hening, hanya kicau burung terdengar ditengah pagi cerah

“ Perang akan segera datang di Amegakure, siapa yang akan menang; Hanzo sang tiran atau bocah rinnegan sang penyelamat dunia, menarik sekali mengikuti ceritanya sampai akhir.” kata Madara